Gawat! Dunia Bisa Kacau Balau Dihantam Ancaman Mengerikan Ini
Tbilisi, Seputar dunia - Sederet permasalahan kini mengancam manusia di dunia. Mulai dari perubahan iklim, risiko konflik hingga krisis yang bisa datang dalam waktu singkat dan memberikan dampak besar.
Demikianlah diungkapkan Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa dalam Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) ke-57 di the Concert Hall, Tbilisi, Georgia, Sabtu (4/5/2024)
"Kita menghadapi tantangan yang memerlukan perhatian dan koordinasi yang erat. Dampak perubahan iklim tidak henti-hentinya, dan risiko konflik dan krisis dapat dengan cepat melemahkan penghidupan dan bahkan kelangsungan hidup manusia," terangnya.
Menurut Asakawa, ancaman besar pertama, yaitu perubahan iklim tidak bisa diabaikan. Pada berbagai wilayah, hal ini sudah terasa di kehidupan manusia. Data menunjukkan, bahwa 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat. Dampaknya, tanaman pangan dan sistem pangan semakin rentan.
Kemudian, mencairnya gletser yang menyebabkan kerusakan besar di bagian hilir dan para pekerja, mulai dari ladang hingga pabrik, terutama perempuan, sangat menderita akibat tekanan panas.
"Ancaman ini tidak bisa diabaikan, dan respons kita tidak bisa ditunda," ujar Asakawa.
Kedua, Asakawa melihat persoalan selanjutnya adalah mengenai kecerdasan buatan. Menurutnya, hal ini harus dimanfaatkan dengan benar dan adil serta hati-hati.
Negara maju sudah berjalan jauh di sektor ini, akan tetapi banyak negara berkembang dan miskin belum memulai atau masih di tahap awal. Meski disadari, kecerdasan buatan dapat mendorong pertumbuhan dan membantu mengatasi tantangan pembangunan di bidang kesehatan, pertanian, dan perubahan iklim.
"Namun, negara-negara berkembang akan ketinggalan jika tidak mampu mengadopsi teknologi ini. Ada juga risiko dari AI, seperti bias dan kurangnya transparansi," ungkapnya.
"ADB bekerja keras untuk memperkuat kapasitas negara-negara berkembang anggotanya untuk menerapkan solusi AI yang bertanggung jawab dan mengikuti kerangka etika dan mendorong pertumbuhan inklusif. Kami percaya bahwa menjembatani kesenjangan digital dan membuka peluang dari AI adalah kunci menuju masa depan yang lebih sejahtera," kata Asakawa.
Pada poin ketiga, Asakawa menyoroti soal globalisasi. Seluruh dunia kini makin terhubung dan berpotensi untuk menciptakan kondisi yang lebih baik ke depannya.
"Mungkin mudah untuk melihat kembali pandemi ini, atau ketegangan dan konflik geopolitik saat ini, dan menyimpulkan bahwa globalisasi sudah mati. Saya tidak percaya itu," tegas Asakawa.
Menurutnya, perdagangan dan rantai pasok global rentan terhadap guncangan. Namun, ketika misalnya ada konflik maka tidak bisa direspons dengan kebijakan proteksionisme dan segmentasi. ADB mengajak semua negara agar kembali memperdalam kerja sama.
Asakawa menyampaikan masalah keempat adalah menyelamatkan negara miskin. Banyak negara kini harus berhadapan dengan beban besar akibat perubahan iklim, guncangan ekonomi dan konflik.
"Pembiayaan kita harus terus mencakup sumber daya dengan persyaratan lunak, termasuk hibah. Dana Pembangunan Asia (Asian Development Fund) telah menjadi sarana penting untuk mencapai hal ini. Dan dengan penyelesaian pengisian pada hari Kamis, kami akan dapat mengirimkan hingga US$5 miliar untuk memenuhi kebutuhan ini," kata Asakawa.
Komentar
Posting Komentar