Ajaib! Begini Jurus Habibie Kepret Dolar AS dari Rp16.800 Jadi Rp6.550



Jakarta, Seputar dunia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terkapar di atas Rp 16.400 beberapa pekan terakhir. Meskipun pada penutupan perdagangan Jumat (28/6/2024) mampu menguat ke level Rp 16.370/US$.


Level Rp 16.000 bukan saat ini saja dirasakan kurs rupiah. Tat kala ada krisis besar seperti saat krisis moneter (Krismo) 1998 hingga Pandemi Covid-19, mata uang garuda kerap terkapar menyentuh titik di atas Rp 16.000/US$.


Namun, sosok seorang kepala negara atau Presiden di Indonesia ternyata ada yang mampu membuat rupiah kembali menguat menghadapi sentimen pelaku pasar keuangan. Ia adalah mendiang Bacharuddin Jusuf Habibie.


Pada masa kepemimpinannya yang singkat, yakni hanya 1 tahun 5 bulan, Presiden Ke-3 RI ini justru berhasil membuat mata uang garuda menguat 34% dari Rp 16.800 menjadi Rp 7.385/US$.


Pada 21 Mei 1998, Bacharuddin Jusuf Habibie ketiban sampur melanjutkan nakhoda republik ini yang sedang terkoyak oleh krisis keuangan, yang berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis sosial. Demo mahasiswa dan krisis ekonomi yang berlarut menjungkalkan rezim Soeharto.


Beberapa pekan setelah dia menduduki kursi presiden, nilai tukar rupiah sempat ambrol hingga mencapai level terlemahnya sepanjang sejarah, yakni Rp 16.800 pada 1 Juni 1998.


Sentimen pasar memang sangat buruk di tengah ambruknya ekonomi negara Asia lainnya.

Di Indonesia, bank rush (penarikan dana besar-besaran) menerpa bank-bank sejak 1997 karena nasabah khawatir dana simpanan mereka hilang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh dari level psikologis 500 ke 258 (pada 6 Oktober 1998), dan disintegrasi bangsa menyeruak.


Paket restrukturisasi perbankan untuk membangun kembali perbankan yang sehat pada 21 Agustus 1998 cukup efektif. Lewat kebijakan ini, beberapa bank di-merger untuk menjadi bank baru yang kuat dari sisi pendanaan, salah satu hasilnya adalah Bank Mandiri.


Pemerintahan Habibie juga mengambil keputusan besar untuk memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintah. Dengan pemisahan itu, BI menjelma menjadi lembaga independen dan mendapatkan lagi kepercayaan.


Habibie mampu meyakinkan pasar global dan menjinakkan tekanan atas rupiah meski tanpa dukungan intervensi BI, yang kala itu belum memiliki kewenangan stabilisasi rupiah.


Gubernur BI Perry Warjiyo kini berwenang mengintervensi rupiah berkat UU tentang BI (No. 23 tahun 1999), yang diteken oleh Habibie.


Dalam masa pemerintahan Habibie, rupiah tercatat menguat 34,1%, dari Rp 16.800 per dolar AS (20 Mei 1998) menjadi Rp 7.385 (20 Oktober 1999). Rupiah bahkan sempat menyentuh level terkuatnya dalam sepanjang sejarah Indonesia setelah krisis 1997, yakni pada 6.550 per dolar AS (28 Juni 1999).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana militer AS berencana membangun dermaga dan mengirimkan makanan ke Gaza

12 Senator AS Ancam Mahkamah Pidana Internasional: Incar Israel dan Kami Akan Mengincarmu

Perang Saudara Tetangga RI Makin Panas, Para Jenderal 'Menghilang'