Profil Keir Starmer, Perdana Menteri Pertama Inggris dari Partai Buruh sejak 2010



LONDON, Seputar dunia - Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer akan menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris menggantikan Rishi Sunak dari Partai Konservatif.


Starmer bakal jadi PM berkat kemenangan telak Partai Buruh di pemilu Inggris yang berhasil meraih 410 dari 650 kursi di House of Commons atau Dewan Rakyat Britania Raya, sementara Partai Konservatif hanya memperoleh 118 kursi, Jumat (5/7/2024).


Lantas siapakah Keir Starmer? Berikut profilnya.


Profil Keir Starmer


Keir Starmer, tokoh yang dulunya dikenal sebagai Kepala Kejaksaan Inggris dan Wales, kini mencatat sejarah baru sebagai Perdana Menteri Inggris dari Partai Buruh pertama sejak 2010. 


Dengan latar belakang yang kontras dengan pendahulunya, Starmer membawa kisah hidup yang menggugah, serta reputasi sebagai sosok dari kelas pekerja.


Dilansir dari Associated Press, Starmer lahir pada tahun 1963 dari keluarga sederhana di sebuah kota kecil di luar London. Anak seorang pembuat alat dan perawat ini dinamai Keir Hardie, pemimpin pertama Partai Buruh. Masa kecil Starmer diwarnai dengan kesulitan ekonomi. 


"Ada masa-masa sulit," ujarnya dalam pidato kampanyenya. Ia mengenang bagaimana keluarganya harus memilih tagihan mana yang harus dibayar, dan sering kali, tagihan telepon adalah yang dikorbankan.


Kehidupan pribadi Starmer juga tidak lepas dari cobaan. Ibunya menderita penyakit kronis, Still's disease, yang membuatnya sering berada di rumah sakit. Pengalaman ini membentuk pandangan Starmer tentang pentingnya layanan kesehatan yang dibiayai negara. 


Ia adalah anggota pertama keluarganya yang berhasil masuk perguruan tinggi, mempelajari hukum di Universitas Leeds dan Universitas Oxford sebelum berkarir sebagai pengacara hak asasi manusia.


Perjalanan politik Starmer dimulai pada usia 50-an ketika ia terpilih menjadi anggota parlemen pada 2015. Meskipun sering berbeda pendapat dengan pemimpin partai saat itu, Jeremy Corbyn, Starmer tetap menjadi juru bicara Brexit untuk Partai Buruh. 


Namun, setelah kekalahan besar Partai Buruh pada pemilu 2019, Starmer dipilih untuk memimpin upaya membangun kembali partai.


Kepemimpinan Starmer bertepatan dengan periode penuh gejolak, mulai dari pandemi Covid-19 hingga krisis ekonomi akibat invasi Rusia ke Ukraina. 


Pemilih Inggris yang lelah dengan krisis biaya hidup dan gejolak politik, yang membuat dua perdana menteri Konservatif terdepak dalam waktu singkat pada 2022, kini menaruh harapan pada Starmer untuk membawa stabilitas.


Di bawah kepemimpinannya, Partai Buruh berusaha memulihkan kepercayaan publik dengan disiplin internal yang lebih ketat dan penolakan terhadap beberapa kebijakan sosialis yang lebih radikal dari era Corbyn. 


Starmer juga meminta maaf atas antisemitisme yang sempat melanda partai, dan berjanji untuk mengubah budaya internal partai dengan menekankan "kepentingan negara di atas partai."


Meskipun awalnya merupakan penentang kuat Brexit, Starmer kini menerima keputusan referendum dan berjanji bahwa pemerintah Partai Buruh tidak akan membalikkan keputusan tersebut. 


Langkah ini, meskipun dikritik oleh beberapa pihak, dianggap oleh pendukungnya sebagai langkah pragmatis yang menghormati keinginan mayoritas pemilih Inggris.


Starmer menghadapi tantangan besar untuk meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah Partai Buruh dapat mengatasi berbagai krisis yang dihadapi Inggris, dari krisis perumahan hingga layanan kesehatan yang menua, tanpa meningkatkan utang publik atau pajak. 


Meskipun mengurangi komitmennya untuk investasi besar dalam teknologi hijau, ia tetap berkomitmen untuk perubahan yang signifikan dalam kebijakan publik.


Keberhasilan Starmer dalam menjaga stabilitas internal partai dan meningkatkan popularitas Partai Buruh dalam jajak pendapat menunjukkan ketangguhannya sebagai pemimpin. Pada konferensi partai Oktober lalu, ia menunjukkan bagaimana semangat juangnya yang keras.


"Saya tumbuh sebagai kelas pekerja. Saya telah berjuang sepanjang hidup saya. Dan saya tidak akan berhenti sekarang," ujarnya dengan penuh semangat.


Beberapa pengamat membandingkan pemilu tahun ini dengan kemenangan besar Tony Blair pada 1997, meskipun mereka mengakui bahwa Starmer mungkin tidak memiliki karisma yang sama. 


Namun, di tengah gejolak yang dialami Inggris sejak referendum Brexit 2016, ketenangan dan keteguhan Starmer mungkin menjadi sosok yang dibutuhkan oleh publik saat ini.


Dengan segala dinamika yang ada, perjalanan politik Keir Starmer menuju puncak kepemimpinan Inggris menandai babak baru dalam sejarah Partai Buruh dan menawarkan harapan baru bagi rakyat Inggris di tengah berbagai tantangan yang dihadapi negara ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana militer AS berencana membangun dermaga dan mengirimkan makanan ke Gaza

12 Senator AS Ancam Mahkamah Pidana Internasional: Incar Israel dan Kami Akan Mengincarmu

Perang Saudara Tetangga RI Makin Panas, Para Jenderal 'Menghilang'